Apel Hari Santri 2025 MWC NU Ngrayun Penuh Khidmat

15 Ranting NU Hadir, Forpimka Ngrayun Dukung Semangat Santri Jaga NKRI

PONOROGO — Dalam semangat memperingati Hari Santri Nasional tahun 2025, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo, menyelenggarakan apel akbar yang sarat makna kebangsaan dan religiusitas, Selasa (22/10). Kegiatan berlangsung di halaman kompleks Yayasan Al-Falah Ngrayun, diikuti oleh seluruh elemen organisasi NU dan dihadiri jajaran Forum Pimpinan Kecamatan (Forpimka).

Acara ini menjadi momentum strategis bagi kalangan santri untuk meneguhkan kembali semangat perjuangan, meneladani jejak ulama terdahulu, serta menunjukkan kiprah nyata dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bertemakan “Jihad Santri Jayakan Negeri”, apel ini menyatukan 15 ranting NU se-Kecamatan Ngrayun dalam satu barisan solidaritas dan kekuatan moral yang mengakar pada nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.

whatsapp image 2025 10 22 at 18.34.26 0c87de21

Ketua MWC NU: Santri Bukan Sekadar Simbol Religius

Dalam amanatnya, Ketua Tanfidziyah MWC NU Ngrayun Kiai Misbahul Munir menyampaikan bahwa Hari Santri bukan hanya peringatan seremonial, melainkan ajang muhasabah dan konsolidasi gerakan. Menurutnya, santri hari ini dituntut untuk terus berkembang, tidak hanya di ranah keagamaan, tetapi juga dalam penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan sosial.

“Santri tidak cukup hanya paham kitab, tapi juga harus mampu menjadi pelopor perubahan, agen perdamaian, dan motor penggerak pembangunan berbasis nilai,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa sejarah mencatat peran besar santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dikeluarkan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari menjadi tonggak penting lahirnya semangat Hari Santri. Kini, semangat itu harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda.

Kebersamaan Banom NU dalam Satu Barisan

Seluruh Badan Otonom (Banom) NU hadir secara lengkap, mulai dari Gerakan Pemuda Ansor, Barisan Ansor Serbaguna (Banser), Fatayat NU, Muslimat NU, hingga pelajar dari IPNU dan IPPNU. Kehadiran para kader ini tidak hanya menambah semarak acara, namun juga menunjukkan kekompakan dan soliditas organisasi NU dari tingkat bawah.

Para peserta mengenakan atribut kebesaran masing-masing—berpakaian rapi, berbaris teratur, dan mengikuti protokol upacara dengan disiplin tinggi. Suasana pagi yang sejuk di lereng pegunungan Ngrayun semakin menambah kesakralan momen. Upacara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan lagu Indonesia Raya, Mars Hari Santri, dan pengibaran bendera Merah Putih yang diiringi hening cipta mengenang jasa para pahlawan.

whatsapp image 2025 10 22 at 18.34.26 571fb291

Forpimka Hadir, Tunjukkan Dukungan untuk Santri

Momentum ini juga menjadi ajang sinergi antara NU dan unsur pemerintahan kecamatan. Hadir secara langsung dalam apel, Camat Ngrayun beserta Kapolsek dan Danramil. Ketiganya mengikuti seluruh rangkaian acara dari awal hingga selesai, bahkan turut memberikan sambutan yang membakar semangat nasionalisme peserta.

Kehadiran Forpimka menegaskan bahwa eksistensi NU, khususnya di wilayah perdesaan seperti Ngrayun, tidak dapat dilepaskan dari peran strategisnya dalam menjaga stabilitas sosial dan nilai keagamaan masyarakat. Pemerintah dan NU menjadi dua pilar penting dalam merawat kedamaian, moderasi beragama, dan keberlangsungan pembangunan yang berorientasi pada moralitas.

Sambutan Camat: Santri Garda Terdepan Moral Bangsa

Dalam sambutannya, Camat Ngrayun menyampaikan apresiasi atas peran besar NU dan para santrinya dalam menciptakan suasana aman dan kondusif di tengah masyarakat. Ia menyebut, dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, santri selalu hadir di garda terdepan—baik dalam perjuangan fisik, intelektual, maupun spiritual.

“Santri bukan hanya memakai sarung dan peci. Mereka adalah simbol integritas, ketekunan, dan semangat kebangsaan yang tinggi. Di era digital ini, santri harus mampu tampil adaptif, inovatif, namun tetap memegang teguh nilai-nilai keislaman,” ujar Camat.

Ia juga berharap kegiatan seperti ini dapat rutin digelar untuk memperkuat ukhuwah dan menjadi ruang kaderisasi kepemimpinan santri di masa depan.

Doa Bersama dan Refleksi Jihad Santri

Setelah seluruh prosesi apel selesai, acara ditutup dengan pembacaan doa bersama. Dipimpin oleh tokoh ulama setempat, doa dipanjatkan untuk keselamatan bangsa, keberkahan negeri, dan untuk mengenang arwah para pejuang, ulama, dan santri yang gugur demi mempertahankan kemerdekaan.

Suasana hening menyelimuti seluruh peserta. Dalam refleksi tersebut, para peserta tampak larut dalam kekhusyukan. Banyak yang meneteskan air mata, terutama ketika disebutkan perjuangan para ulama terdahulu yang tidak hanya berjuang lewat dakwah, tetapi juga ikut mengangkat senjata demi tegaknya kemerdekaan.

Antusiasme Masyarakat dan Makna Strategis Hari Santri

Tak hanya kader NU, ratusan masyarakat umum juga turut hadir menyaksikan jalannya apel. Mereka berdiri di pinggir lapangan, sebagian membawa anak-anak mereka. Momen ini seolah menjadi ajang silaturahmi massal yang penuh suasana kekeluargaan.

Bagi warga Ngrayun, Hari Santri bukan hanya milik santri atau NU semata, tapi menjadi milik seluruh lapisan masyarakat yang cinta pada ulama, cinta pada bangsa, dan menjunjung tinggi ajaran Islam moderat. Terlebih, NU di Ngrayun telah menjadi bagian penting dari denyut kehidupan sosial warga, baik dalam aspek keagamaan, pendidikan, hingga penanggulangan masalah sosial.

Hari Santri Nasional sendiri ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 oleh Presiden Joko Widodo. Penetapan ini menjadi pengakuan negara atas jasa besar kaum santri dalam perjuangan kemerdekaan. Sejak itu, setiap tanggal 22 Oktober diperingati secara nasional oleh seluruh elemen pesantren dan organisasi keagamaan di Indonesia.

whatsapp image 2025 10 22 at 19.32.43 cc1cb072

Peneguhan Komitmen NU di Wilayah Pinggiran

Kegiatan apel di Ngrayun tahun ini juga menjadi bukti bahwa semangat NU tak pernah padam, bahkan di wilayah-wilayah pinggiran dan perdesaan. Dalam kondisi geografis yang menantang, dengan akses terbatas dan kondisi sosial ekonomi yang masih berkembang, kader NU tetap konsisten menjaga marwah organisasi.

MWC NU Ngrayun bersama seluruh banomnya terus melakukan penguatan organisasi, kaderisasi, serta program keumatan. Agenda seperti apel Hari Santri menjadi bagian dari strategi kultural untuk membangun kesadaran kolektif akan pentingnya kebersamaan, nasionalisme, dan keberagaman.

Penutup: Dari Santri untuk Negeri

Apel Hari Santri 2025 di Kecamatan Ngrayun bukan sekadar rutinitas tahunan. Ia adalah penanda bahwa semangat perjuangan kaum sarungan itu tetap menyala, bahkan di tengah tantangan zaman yang berubah cepat. Dari bumi Ngrayun, para santri menunjukkan bahwa mereka siap menjaga Indonesia, dengan ilmu, akhlak, dan cinta tanah air.

Seperti kata pepatah, “santri hari ini, pemimpin masa depan.” Dan dari Ngrayun, tonggak itu sedang ditegakkan kembali—dengan semangat jihad intelektual dan spiritual demi Indonesia yang lebih baik, adil, dan bermartabat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

0

Subtotal