
Ponorogo, Jawa Timur — Semangat dan bakat sastra santri kembali menorehkan prestasi membanggakan. Rahma Nizla Khiyarotul Ikhwati, pelajar kelas XII C7 Pondok Pesantren Darul Huda Mayak, Kabupaten Ponorogo, berhasil meraih Juara Pertama Lomba Cipta Baca Puisi Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya dalam rangka Peringatan Hari Santri Nasional 2025.
Perjalanan Santri dari Pegunungan Menuju Panggung Nasional
Dalam ajang bertajuk Kompetisi Hari Santri Nasional tersebut, Rahma tampil memukau dengan membawakan puisi karyanya sendiri berjudul “Peluru Juang Laskar Suci.” Melalui karya ini, ia menyuarakan semangat perjuangan santri yang tak kenal lelah membela agama dan bangsa. Keberanian dalam mengolah diksi serta kekuatan penghayatan menjadi alasan utama juri menempatkannya sebagai peraih juara pertama.
Lomba yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia itu menjadi bukti nyata bahwa potensi santri dalam dunia literasi terus berkembang. Rahma menjadi salah satu dari sedikit peserta yang mampu menampilkan keseimbangan antara pesan moral dan estetika bahasa.
Rahma lahir dan tumbuh di wilayah pegunungan Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo — daerah yang dikenal dengan suasana religius dan sederhana. Meskipun berasal dari daerah pinggiran, semangat belajar Rahma tak pernah surut. Ia justru menjadikan keterbatasan sebagai motivasi untuk terus berprestasi.
“Lingkungan pegunungan justru membuat saya lebih fokus belajar dan menulis. Di sana, saya menemukan banyak inspirasi dari kesederhanaan hidup dan keindahan alam,” tutur Rahma usai menerima penghargaan di Malang.
Riwayat Prestasi dan Konsistensi dalam Dunia Puisi
Kemenangan Rahma di ajang nasional ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, ia telah aktif mengikuti berbagai kompetisi serupa dan menunjukkan konsistensi luar biasa dalam bidang sastra.
Pada ajang Porseni MA tingkat Kabupaten Ponorogo, Rahma berhasil meraih Juara III Lomba Cipta Baca Puisi. Sementara itu, pada tahun 2025, ia juga menjadi Finalis Lomba Baca Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Festerastra bekerja sama dengan STKIP PGRI Ponorogo.
Deretan pencapaian tersebut menunjukkan bahwa Rahma tidak hanya berbakat, tetapi juga tekun berproses dan terus mengasah kemampuan di dunia literasi dan seni peran.
Latar Belakang Pendidikan dan Keluarga
Rahma merupakan putri dari Bapak Suprapto, S.Pd., seorang pendidik sekaligus tokoh masyarakat yang dikenal aktif di lingkungan keagamaan. Beliau menjabat sebagai anggota Mustasyar MWC NU Kecamatan Ngrayun sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah di Dusun Patuk, Desa Baosan Kidul, Kabupaten Ponorogo. Dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan pesantren menjadi fondasi kuat dalam perjalanan akademik dan spiritual Rahma.
Perjalanan pendidikan Rahma dimulai di TK PKK Lestari Ananda, dilanjutkan ke SD Negeri 2 Mrayan di Dusun Pakel, Desa Mrayan, Kecamatan Ngrayun. Setelah itu, ia menempuh pendidikan di MTs Al Hikmah — lembaga di bawah asuhan ayahnya — sebelum akhirnya melanjutkan ke jenjang menengah atas di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak, Ponorogo.
Aktif di Bidang Literasi dan Pengembangan Bakat
Di lingkungan pesantren, Rahma dikenal sebagai santri yang aktif dan berprestasi. Ia sering mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan sastra, menulis puisi, dan baca karya sastra. Selain itu, Rahma juga berperan sebagai penggerak kegiatan literasi santri di pesantrennya, mengajak teman-temannya untuk menulis dan membaca karya-karya inspiratif.
Ustazah Nurul Azizah, salah satu guru pembimbing di Ponpes Darul Huda Mayak, menilai Rahma sebagai sosok santri yang konsisten dan rendah hati.
“Rahma punya kepekaan rasa yang tinggi dan kemampuan menulis yang matang. Ia memahami makna setiap kata yang ditulisnya. Tidak hanya menulis, tapi juga menjiwai,” ungkapnya.

Ajang Nasional yang Mengangkat Martabat Santri
Lomba Cipta Baca Puisi tingkat nasional yang digelar oleh Universitas Brawijaya merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Santri Nasional 2025. Ajang tersebut mengangkat tema besar “Santri Menulis untuk Negeri”, dengan tujuan menggali potensi literasi dan seni santri di seluruh Indonesia.
Melalui karya Peluru Juang Laskar Suci, Rahma menggambarkan perjuangan santri yang berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Karya tersebut dinilai juri memiliki pesan yang dalam sekaligus diksi yang kuat.
Pihak Universitas Brawijaya menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta, khususnya Rahma, yang dianggap mampu memadukan nilai-nilai religius dan nasionalisme dalam karya sastranya.
Dukungan dan Harapan dari Keluarga serta Pesantren
Ayahnya, Suprapto S.Pd., mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaan atas capaian putrinya.
“Sebagai orang tua, kami hanya bisa berdoa dan mendukung. Prestasi Rahma ini menjadi bukti bahwa anak-anak pesantren juga bisa bersaing di tingkat nasional. Semoga menjadi motivasi bagi santri lainnya untuk terus berkarya,” tuturnya.
Pihak Pondok Pesantren Darul Huda Mayak juga memberikan apresiasi penuh atas kemenangan Rahma. Menurut pimpinan pesantren, prestasi ini menjadi inspirasi bagi seluruh santri untuk terus mengembangkan bakat dan semangat literasi, serta membuktikan bahwa santri mampu bersaing di berbagai bidang.
Inspirasi untuk Generasi Santri Indonesia
Kisah Rahma menjadi cerminan nyata bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi. Dari lereng pegunungan Ngrayun, ia mampu menembus panggung nasional dengan karya yang menggugah.
“Semoga kemenangan ini bisa menjadi penyemangat bagi teman-teman santri untuk terus percaya diri dan berkarya. Santri juga bisa bersaing dan berkontribusi untuk negeri,” ujar Rahma penuh semangat.
Prestasi Rahma Nizla Khiyarotul Ikhwati bukan hanya kemenangan pribadi, tetapi juga kemenangan dunia pesantren. Ia menjadi simbol kebangkitan literasi santri dan bukti bahwa nilai keislaman, keilmuan, dan seni dapat berpadu menciptakan karya bermakna.
Melalui Peluru Juang Laskar Suci, Rahma menunjukkan bahwa suara santri adalah suara perjuangan yang lahir dari kesederhanaan, ketulusan, dan cinta tanah air.
